Minggu, 14 Oktober 2012

PERKENALAN ( Perencanaan Kreatif Televisi )


 Salam Pertama




   Siang itu saya sedang makan siang di kantin, saya melihat seorang laki-laki yang duduk sendiri, lalu saya mencoba untuk membuka pembicaraan dengannya. Dia bernama Jamalludin, mahasiswa jurusan broadcasting angkatan 2011. Saya sedikit berdiskusi dengannya, tentang fasilitas di kuliah. Khusunya broadcasting karna saya dan dia satu angkatan dan sudah setahun kami kuliah. 


    Namun selama ini masih sangat jarang sekali praktek, lebih banyak teori, dan jamalpun setuju dengan pendapat saya. Dengan satu sapaan pertama, saya mendapat kenalan baru siang itu yang mungkin akan menjadi teman saya di masa depan.

Cerpen ( Perencanaan Kreatif )

DREAMS AND DESTINY


Ini adalah kisah clasik, kisah tentang perjalanan tiga orang sahabat dalam menggapai mimpinya, tentang kehidupan yang menetukan, tentang takdir yang  tidak selalu sesuai harapan, namun selalu memberikan yang terbaik, bagi mereka yang bersungguh-sungguh.

Kisah ini di mulai dari seorang anak laki-laki yang bernama Akbar, seorang anak yang tinggal di daerah pedalaman kalimantan, dia adalah anak pertama dari dua bersaudara, dia tinggal dengan kedua orang tuanya dan seorang adik perempuannya. Kerjanya sehari-hari adalah bersekolah dan membantu orang tuanya, bapaknya hanya seorang kuli pengangkut kayu dan ibunya seorang pembuat makanan tradisional, serta adiknya yang masih kecil. Waktu terus berlalu, Ridho bersekolah dari sd sampai smk, namun dia sadar bahwa kedua orang tuanya tidak lagi mampu membiayainya untuk ke perguruan tinggi, sedangkan adiknya harus masuk smp. Karna tantangan hidup yang banyak dia lalui, Ridho menjadi anak yang tangguh.

Akhirnya Akbar ikut pamannya merantau ke jakarta, dan di biayai kuliah di jakarta sambil kerja membantu pamannya di pabrik sepatu. Di perguruan tinggi Ridho mendapatkan beasiswa karna IPnya yang selalu bagus, dan di sana dia bertemu dengan seorang anak yang bernama andri, seorang anak yang pintar, sopan namun pemalu. Bapaknya adalah pemilik pabrik sepatu di mana tempat Akbar dan pamannya bekerja, serta ibunya adalah ibu rumah tangga, dan Andri adalah anak semata wayang. Waktu terus berjalan, beberapa kisah mereka lalui bersama, hingga semester lima masuklah anak baru di fakultas mereka yang bernama Bela, ternyata Bela adalah teman wanita Andri semasa sma, di melanjutkan perguruan tingginya di singapur karna bapaknya di tugaskankan kerja di sana, namun semester lima Bela kembali ke jakarta, karna ayahnya sudah pensiun, dia hanya tinggal bersama ayah dan pembantu perempuannya yang sudah tua, karna ibunya meninggal saat dia balita, karna penyakit leukimia. Dan ayahnya memutuskan untuk tidak menikah lagi karna cintanya pada istrinya tak pernah bisa tergantikan.
Waktu mempertemukan mereka dan menjadikan mereka sahabat, namun Andri menyimpan perasaan terhadap Bela, begitu juga dengan Akbar yang juga menyukai Bela dan Belapun menyukainya. Mereka berdua menjalin hubungan tanpa di ketahui Andri, karna mereka tidak mau merusak persahabatan diantara mereka bertiga, dan merka berduapun tidak tahu bahwa Andri suka pada Bela. Saat festival mereka mengikuti perlombaan sains, dan mereka mengitunya sebagai tim dan menang. Lalu di ujung semester akhir di adakanlah perlombaan sains lagi, namun kali ini untuk perorangan, Akbar dan Andri mengikutinya namun Bela tidak, karna pemenangnya akan di perlombakan tingkat dunia di australia, dan dia tidak mau meniggalkan ayahnya sendiri.

Meskipun dalam perlombaan mereka berdua adalah lawan, namun di luar mereka tetap sahabat. Dan perlombaanpun di menanggkan oleh Akbar dengan Andri sebagai juara duanya, namun hanya juara pertamalah yang akan diperlombakan di Australia untuk tingkat dunia. Andri mengetahui kabar bahwa dia juara dua beberapa hari setelah pengumuman pemenang sains tersebut, karna dia harus pergi ke bandung untuk melihat cabang pabrik sepatunya. Andri mencari Akbar untuk mengucapkan selamat, dan dia mendapatkan Akbar dan Bela sedang makan bersama di sebuah restoran, dia sangat kecewa dan pergi, lalu Akbar mengejarnya untuk menjelaskannya. Dalam perjalanan Andri merasa sangat kecewa, hingga dia tidak menyadari bahwa ada seorang pengemudi mabuk yang berkendara kencang ke arahnya, lalu Andri di selamatkan oleh Akbar, namun Akbar terluka parah dan harus di bawah ke rumah sakit.

Persahabatan mereka mulai pecah, Andripun menggantikan Akbar untuk menjadi peserta dalam perlombaan di Australia karna Akbar masih koma. Andripun pergi ke Australia untuk mengikuti perlombaan tersebut dan menang, sehingga dia harus menunda kelulusannya. Begitu dia kembali ke jakarta, Andri kembali mencari Akbar untuk meminta maaf, namun dia sudah tidak tinggal di jakarta, karna setelah lulus kuliah Akbar kembali ke kalimantan, namun dia tidak lagi sehat, Akbar lumpuh permanen karna tabrakan itu, Andri mengetahui kabar tersebubut dari teman-temannya. Begitu juga dengan Bela, dia memutuskan untuk bekerja di singapur, di tempat dulu ayahnya bekerja serta membawa ayahnya tinggal di sana. Di kalimantan Akbar bekerja di pengolahan kelapa sawit, karna dia sarjana, dia mendapatkan posisi penting di pabrik tersebut. Akbarpun pergi ke singapur dalam rangka bisnis kelapa sawitnya, dan di sana dia bertemu kembali dengan Bela. Hubungan merekapun kembali terjalin, hingga mereka menikah.

Dan Andri, karna kemenangannya di perlombaan sains, dia mendapatkan study S2 gratis di Australia, sepuluh tahun telah berlalu sejak kelulusan mereka, dan Andri telah kembali ke jakarta untuk menjadi dosen. Namun andri tidak pernah melupakan Akbar dan Bela. Pencarian Andri masih berlanjut, dia mengadakan reunian angkatan mereka dengan harapan Akbar dan Bela datang. Reunian itupun berlangsung hingga selesai, namun mereka berdua tak kunjung datang. Ketika Andri sedang duduk sendiri di kursi taman yang menghadap ke arah kolam, tempat dulu mereka bertiga biasa berkumpul, saat itu semua tamu undangan sudah pulang dan hari sudah pagi, di sertai kicauan burung datanglah seorang wanita yang mendorong kursi roda serta seorang pria lumpuh yang menuju ke arahnya, dengan tatapan penuh haru, Andri melihat sahabatnya Akbar di atas kursi roda dan Bela bersamanya. Andri memeluk Akbar dengan air mata haru menetes di pipinya, Akbar telah memaafkan semuanya. Dan merekapun mengenang masa-masa yang pernah di lalui bersama, masa-masa yang merangkai mimpi menjadi nyata.



Sabtu, 06 Oktober 2012

Kisah Pohon Apel dan Bocah Laki-Laki




Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu.


Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya. Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih.
“Ayo ke sini bermain-main lagi denganku,” pinta pohon apel itu.
“Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi,” jawab anak lelaki itu.
“Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya.”

Pohon apel itu menyahut, “Duh, maaf aku pun tak punya uang……… tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu.”
Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.



Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang.
“Ayo bermain-main denganku lagi,” kata pohon apel. “Aku tak punya waktu,”  jawab anak lelaki itu. “Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?''

Pohon apel itupun menjawab, “Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu."
Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira. Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.

Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya.
“Ayo bermain-main lagi denganku,” kata pohon apel. “Aku sedih,” kata anak lelaki itu. “Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?”


“Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah.” Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.


Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian. “Maaf anakku,” kata pohon apel itu. “Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu.” Kemudian anak laki-laki itu menjawab, “Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu.”





“Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat,” kata pohon apel. “Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu,” jawab anak lelaki itu. “Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini,” kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata. “Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang,” kata anak lelaki. 

“Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu.” ujar anak laki-laki. “Oooh, bagus sekali, Tahukah kau akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang." jawab pohon apel.
Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon. Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.


Ini adalah cerita tentang kita semua. Pohon apel itu adalah orang tua kita. Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.

Betapa banyak penyair yang melukiskan cinta dalam baitnya, namun mereka tak pernah bisa melukiskan dalamnya cinta seorang ibu. Tentang dalamnya kasih sayang abadi, yang tak akan pernah bisa tergantikan dalam perjalanan hidup ini. Cinta yang mampu meneguhkan hati, memberi harapan dan mimpi. Cinta yang hanya hadir untukmu, dari wanita pertama dalam hidupmu, ibumu.